Aku
terdiam, kekosongan membungkam tangan-tangan ini untuk bahkan menulis apa yang
sedang rasakan. Untuk sejena aku membuka mata, dan melihat betapa ramainya
dunia ini, namun aku tak merasakan apa-apa. Mati, mungkin seperti ini yang
dirasakan oleh orang-orang yang bernasib sperti ini, hijrah ke lain dunia,
namun tak pernah kembali. Berharap
keadaan disana lebih baik daripada apa yang dirasakan kini, barangkali lebih
ramai, barangkali lebih kena di hati. Namun mati bukanlah alasan yang tepat,
meski banyak diantara mereka menyadari terlambat, menenggak racun, dan kecewa lebih dari apa
yang di fikiran hampir tersemat.
Its just
why…. Mungkin terdiam bisa menjadi jawaban sementara. Daripada harus melanglang
buana dengan ketidak pastian, atau malah berusaha demi sebuah kehancuran.
Tidak… barangkali aku harus terdiam dan
berfikir ulang. Meski waktu tak bisa mengulang. Ya..hidup ini adalah
kesempatan. Masih ada ujung yang harus kita dapatkan.
Tuhan
Maha Pengasih, Tuhan Maha Penyayang. Yang menyematkan seberkas kelembutan
dibalik kerasnya hidup. Yang mencampurkan percikan warna cerah kedalam kelabu.
Cahaya dalam gelap. Dan putih dengan hitamnya.
Its just
why, hidup ini harus berlanjut sampai ujungnya. Mengakhiri segala sesuatu
sebelum waktunya bukan jawaban yang tepat dari kemelut hidup, atau hampanya
perasaan. Tunggulah rintik hujan datang, meski kemarau panjang belum jua
memperlihatkan akhirnya.
Jangan
pernah berkata percuma, kalau apa yang telah lalu membuat kita merindu,
bukanlah luka itu lebih baik daripada tidak merasakan apa-apa. Terkadang kopi
pahit hangat terasa nikmat daripada segelas air putih, meski tak melulu kita
harus menikmatinya, harmonisasi dinamika kehidupan ini membutuhkan ketegaran,
agar bisa berjalan dengan tujuan, bukan apa-apa, namun entah bagaimana jadinya
jika pahit itu tertenggak, namun pahitnya tak dapat kita rasakan, lalu
bagaimana kita membedakan manisnya.
Its just
why, aku harus menikmati ini semua, leburan mimpi, kehangatan luka baru yang
berganti tanpa haru. Ini bukan antara
aku dan kamu, atau kalian dengan mereka, mari lihat diri ini masing-masing
sendiri dan meresapi luka tanpa menebar perih kepada yang lainnya. Agar tak
memudar senyum yang tlah dititipkan dibawah kelopak mata yang kadang menderas
tak sengaja. Bertahanlah. Atau kau musnah tanpa terkenang.
0 comments:
Post a Comment