
Namun pagi ini kulihat pemandangan tak biasa. Dari balik sarung selimut kulihat istriku mondar mandir sambil memegang selembar kertas pesanan jilbab dari pelanggannya. benar-benar tak seperti biasanya, si Taro, ayam kesayanganku yang biasa berkicau minta jatah sarapan ikut bengong melihat tingkah istri tersayangku itu.
“piye ki
pakne, aku harus cari kain dimana yang punya bahan kain kayak gitu. toko-toko kain langganan kita pada ndak punya”
"lha bune ki piye tho,, sudah tau kain seperti itu susah nyarinya di sini, kok nekat mau nerima pesanan kayak gitu."
"lho pakne ki yo aneh..ini pesanannya kan model baru pak, kalo jadi, pasti tetangga lain pada ikut pesen. "
"tapi model jilbab kayak begitu apa diperbolehkan tho bu? "
"yang penting pesanannya jadi dulu pak. trus dapat duit buat bayar kontrakan rumah"
"lha iya tapi ini sarapanku mana bune?" tanya ku bingung liat meja makan masih kosong melompong.
si Taro pun ikut-ikutan ngernyitkan dahi sambil menadahkan kedua tangan tanda tak tahu.
"jajan di warung dhe darmi saja pak, saya masih pusing mikirin ini pesanan"
sontak aku dan taro saling pandang sembari mengernyitkan dahi. Sempurnalah ceritaku pagi ini.
si Taro pun ikut-ikutan ngernyitkan dahi sambil menadahkan kedua tangan tanda tak tahu.
"jajan di warung dhe darmi saja pak, saya masih pusing mikirin ini pesanan"
sontak aku dan taro saling pandang sembari mengernyitkan dahi. Sempurnalah ceritaku pagi ini.
“dhahar nopo pak tho? Tanya dhe darmi sambil ngelap
meja di sebelahku.
“nasi soto sama teh anget dhe”
“iya sebentar”
Warung dhe darmi selalu rame kalau pagi-pagi gini. Terkenal paling murah dan lengkap menu nya. Dari buruh pabrik yang butuh tenaga buat kerja, tukang becak yang sekedar ngopi hingga tukang gosip, semuanya ngumpul dimari. Letaknya yang persis membelakangi kebun pisang tak jarang jadi tempat favorit untuk mengusir keletihan. Apalagi kalo lagi ada bahan obrolan, kalah rame rapat dewan.
“jaman kok soyo aneh, sekarang model jilbab juga
aneh” Umbar pak topo saat melihat seorang gadis berjilbab gaol
berjalan di melewati warung.
“wah itu lagi tren sekarang pak, kayak di sinetron
tukang las naik haji” sela lek joko yang gak mau kelewatan obrolan pagi ini.
“aku aja ikut pusing lho, anak istriku minta
dibelikan model jilbab kayak gitu. Lha harganya satu setel 250 ribu, lha mosok
aku harus jual becak. Trus mo nyari duit pake apa?” pak pur tak mau kalah
“lha iya, kata pak kyai dulu jaman rasul saja jilbab
dibuat sederhana, yang penting longgar, menutup aurat. Tapi sekarang malah
dibuat trend. Bukan buat ngikutin perintah Gusti Alloh”
“lha kui...lihat tu anaknya dhe tumini, biasanya
pake tangtop sama katok cekak. Wes kulite item, nak mlaku megal megol kayak bokong
bebek. Sekarang kalau keluar rumah pake jilbab gaol, dikit-dikit poto selpi sambil mukanya dimonyong-monyongin” Ujar dhe darmi semangat,
saking semangatnya hampir saja susur yang sedari tadi menyumbal mulutnya itu
keluar kandang.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi itu setelah sarapan di warung dhe darmi aku langsung
riwa-riwi dari toko kain ke toko kain lainnya mencari itu bahan buat istri
tercinta.
“wah, tu kain susah lu orang nyari disini aa, ini
kain import. Owe rugi kalo jual kain beginian. Mendingan lu cari di jakarta
atau bandung.”
Toko koh atok jadi toko ke tujuh yang kusambangin
buat nyari itu bahan kain. Trend model jilbab sekarang cepat sekali berubah-ubah.istriku yang notabene penjahit kampung profesional tak mau menyiakan seperti itu, dari yang awalnya hanya menjahit busana wanita langsung pindah haluan ke
jahitan jilbab gaol versi kw. karena warga tak mampu membeli jilbab trendi bermerk yang harganya bisa sampai 300 ribu per setelnya. istriku memang pandai memanfaatkan situasi. hasilnya bisa 3 kali lipat dari jahitan baju biasanya. perlahan jahitan jilbab istriku terkenal ke warga-warga luar kampung lainnya.
Apesnya, perlahan model jilbab semakin aneh. Dari
yang awalnya jilbab model sederhana
kayak yang di filem tukang las naik haji, yang begitu disukai ibu-ibu muda.
Sekarang abg-abg kampung sini menjadi ikut keranjingan gara-gara sineron
serigala masuk pesantren. Modelnya pun tak biasa. Ada yang ujungnya dicantolin
ke atas, ke samping, sampe dililitin leher segala. Ada juga yang dikasih bros
bunga-bungaan, semoga para lebah masih bisa mengenali mana bunga asli dan yang
mana bunga kw.
Maghrib hampir tiba, motorku baru masuk halaman
rumah. Istriku sudah menanti di depan pintu dengan wajah resah dan penuh tanya.
Semoga dia masih ingat buat nyiapin makan malam.
“gimana pak, dapet?”
Aku menggeleng pelan, dia berkaca-kaca sembari
menutup mulutnya, lalu berlari masuk ke dalam rumah. Persis kayak adegan drama
korea
“sabar bune, bune bilang saja ke mereka, kalau bune
tidak sanggup mencari kain bahan seperti itu”
“terus kalau mereka gak jadi pesan gimana pak”
“yasudah itu bukan rejeki kita. Setidaknya bune ndak
kerepotan terima pesanan jahitan model aneh-aneh kan.”
“iya pak, besok tak kasih tahu ke mereka, biar nggak
mbrundel urusannya”
Siang itu rencananya istriku minta diantar ke rumah
pelanggan tadi, ternyata mereka datang sendiri.
“nah lho.. itu mereka kan bune?
“lha iya pak, kenapa ya?”
“buk isy, saya gak jadi bikin jilbab model kemarin,
yang ini saja”
“aku juga ya buk, tapi aku ujungnya dibuat agak
panjang, biar kalo diikatkan dileher ujungna masih menjuntai ke bawah.”
Sayup-sayup kudengar percakapan mereka dari
belakang. mereka tidak mempermasalahkan bahan yang tidak dapat dicari itu, yang
penting dibikin model terbaru. Istriku lega, namun juga semakin bingung
lantaran melihat modelnya yang lebih ekstrim dari sebelumnya, ekstrem level 5.
malam itu pun tak tanggung-tanggung. Kajian dua
minggu berturut-turut pak ustad mengambil tema jilbab. Pak ustad mengatakan
keprihatinannya tentang model jilbab sekarang ini yang serba aneh-aneh. Jauh
dari syariat islam. Sayangnya pengajian seperti ini tak sampai ke telinga
mereka. Hanya orang-orang sepuh saja yang rajin ke masjid dan ikut kajian.
Sedangkan para remajanya kalau nggak pergi entah kemana, ya di rumah nonton tv.
Remaja-remaja kampung sini dulu jarang sekali ada
yang berjilbab. Atas bawah ketat itu sudah biasa. Bahkan ketika ada tren drama
korea, banyak yang mengubah model rambutnya menjadi warna warni. Pemahaman
orang kampung tentang konsep globalisasi dengan cara pandang yang apa adanya
memang harus dimaklumi. Mereka hanya memahami itu dari tv-tv mereka,
sinetron-sinetron yang mereka lihat di tivi. Yang kemudian menjadikannya
panutan begitu saja. Dengan begitu, pihak tv semakin gesit memberikan model apa
saja. Hanya untuk sebuah rating.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sudah Seminggu istriku kerja lembur menjahit jilbab gaol
pesananan para tetangga, seminggu pula aku makan nasi bungkus dhe darmi setiap
harinya. Ditumpuknya jahitan-jahitan itu.lalu dimasukkan ke dalam plastik satu
per satu.
“selesai pak..!!!” ujar istriku dengan wajah
sumringah sempurna
“alhamdulillah bune, rejeki kita, buat nambah
tabungan haji”
“lha ini makainya gimana bune?”
“lha gimana to pakne, ini kan jilbab gaol,jadi
masukin kepalanya dari samping, kayak gini”
aku hanya nyengir hampir tertawa menyaksikan istriku yang kerepotin
memakai jilbab bikinannya sendiri.
Seminggu setelah kejadian itu. Desa loh jinawi
dibuat heboh. Bukan karena muncul trend jilbab baru lagi, tetapi karena nama
desa dicatut salah satu koran nasional lantaran dua warganya yang kecelakaan
gara-gara jilbab yang dipakainya. Rani, anaknya dhe tumini masuk rumah sakit lantaran tak
sengaja menelan jarum yang digunakan untuk mengaitkan jilbabnya. Sedangkan
wiwik yang pingsan sesak napas karena jilbab yang diikat lehernya terlalu
ketat.
Untung tak bisa diraih, sial tak bisa dihindari. Gara-gara
kejadian itu. Pesanan jilbab modis mulai menurun. Istriku beralih lagi menjadi
penjahit baju. Biarpun omset tak sebanyak dulu, yang penting tidak ada lagi
korban jilbab salah gaol.
Pagi itu tak lagi kudengar suara mesin jahit.
Istriku sedang asyik mengulek sambel orek favoritku, sepiring tahu tempe, dan
telor ceplok sudah di atas meja. Akhirnya hari kemerdakaan tlah tiba,
Baru dua suapan nasi goreng maknyus ini, kita
dikagetkan dengan suara ribut-ribut di depan rumah.
Tok..tok..tok...!!
Kulihat bu Nani, dhe Sumirah sama bu laksmi menunggu
di depan rumah.
“bu aisyah, tahu nggak, ada model jilbab baru lagi
lhoo..tolong bikinin dua ya bu, buat lebaran tahun depan.”
“aku juga 2 ya bu, yang motifnya bunga”
Aku dan istriku saling pandang. Lalu diambilnya
kertas gambar itu, diamati dengan seksama. dan brukk..!!!! dia pingsan.
Karena penasaran Kuambil kertas bergambar yang masih
digenggaman istriku.
‘jilbab pocong mentari’. Lalu semuanya menjadi
gelap.
0 comments:
Post a Comment