fajar meninggi membuka cahaya esok pagi, bersama embun nan mengalir menjamah daun-daun.menjadi basah tak lagi layu kering, kududuk terdiam mencoba menikmati suasana ini. mendengarkan para burung nan terbangun pagi sekali lalu berputar-putar di sawah permadani hijau. betapa indahnya hidup normal seperti itu, bukan hidup seperti ini.,
kupantulkan cahaya diantara wajahku dan cermin usang yang mulai berdebu, kenapa tak ada semburat riang fajar menempel disini, kusut sekali. aura yang tlah lama hilang bersama pupusnya harapan. jangan pernah ada air mata yang mengalir dari sela mata ini meski jiwa tlah melayu sejak lama. tersenyumlah diriku, engkau masih hidup. alur waktumu masih berjalan dan kau masih bisa merasakan keindahan, rasakanlah sebisa kamu merasakan. kalau itu terasa menyakitkan, ajaklah temanmu bercerita, tentang keindahan kehidupan itu..
apalagi yang aku cari di dunia ini, hasratku lenyap, beriringan dengan lenyap umur yang terbuang sia-sia. sungguh, aku tidak nyata cerita kehidupanku akan seperti ini. antara aku, dia dan mereka membongkar pasang tiap puzzle di hidupku sehingga seperti ini, lalu masih pantaskah aku menyalahkan, sedang itu takkan mengembalikan.haruskah aku berpura-pura selamanya sampai aku tua, lalu mati, terkubur bersama rahasia-rahasia. lalu pantaskah aku menyalahkan..
aku ingin marah seperti orang marah, aku ingin tertawa selayaknya orang lain tertawa. aku hendak menikmati kehidupan ini, sesederhana apapun itu, ijinkan aku untuk menikmatinya, melakukan apa yang ingin kulakukan, mengatakan apa yang aku fikirkan.dan tak ada lagi bias, semuanya menjadi jelas, sejelas beda kuningnya senja dengan fajar.semua ini masih terangkum dalam bingkai harapan. sementara orang lain disana sudah bergelut dengan kejelasan. kenormalan.uh, sebegitu ironiskah aku?
mimpi-mimpi usang itu tlah terkubur dalam-dalam, bahkan telah rata dengan waktu yang berjalan tanpa jeda, aku hanya terperangah setengah tak percaya, bagaimana bisa..??dan inilah dunia, aku terlambat untuk memahaminya, antara aku, dia, dan mereka. takkan bisa serupa tentang segalanya. dan mimpi masa depanku yang begitu indah kini menjadi masa lalu yang suram, yang tertempel lekat di dinding hati juga fikiran. yang selalu memakiku untuk selalu ingat, apa lagi yang aku harapkan. hanya masih tersisa langkah-langkah kecil sampai ujung jalan ini. tanpa warna, tanpa rasa. haruskah aku menyebut ini semua pengorbanan? sedang tidak ada satupun yang menuai.
dan kini, setiap kupandangi cermin-cermin manusia yang berdiri dengan kebahagiaan bersama kelayakan kehidupan, bercanda tawa dengan sesama mereka, membuatku ingin melompat ke masa lalu, dan merubah abu-abu menjadi merah terang nan menyala, ya meski itu merah. tapi, kenapa aku harus selalu menuruti apa kata mereka, berusaha membuat mereka nyaman dan bahagia, dan aku menggenggam neraka, lalu kumasukkan ke hatiku kuat kuat, yang membuat diriku tidak seperti diriku sebenarnya.
lalu apa lagi yang hendak aku jamah.aku harus menyelesaikan ini semua tanpa alur yang jelas, ya,,aku harus mengakhiri sampai akhir. atau jika diijinkan, aku ingin hidup yang baru, hanya aku, tanpa dia ataupun mereka. aku ingin bayang dicermin ini adalah bayangan yang sebenarnya. meski terlambat. aku ingin menghabiskan sisa sisa ini dengan menikmati kehidupan sebenarnya, apa lagi yang aku cari?
0 comments:
Post a Comment