Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Saturday, February 6, 2021

Ada Apa Dengan MindSet

        Jarum jam weker warna hijau apel masih terlihat bergerak di atas meja kerja, menunjukkan pukul setengah sebelas jalan sepuluh menit lebih sedikit. kedua bola mata ini masih berasa padhang jinglang seperti lampu emergency  habis dicolokin listrik. agaknya kopi hitam buatan si hanin kunyik tadi jadi sumber masalahnya. tapi kalau itu masalah kenapa kulakukan ? sepertinya aku menciptakan masalah sendiri. wah,, lalu apakah aku penemu masalah ini, waduh ternyata efek kopi ini sedikit berlebihan.

        Malam ini dinginnya sungguh keterlaluan, jaket katun tebal yang kupakai belum juga sanggup memberi kesan hangat di badan. apakah para jomblo sedang kompak menitipkan pesan rindu pada angin malam..?. entahlah, seenggaknya kebijakan PPKM ikut membesarkan sejenak hati mereka yang biasa meradang rutin setiap malam minggu tiba. kasian mereka. eh, aku juga jomblo ding...,

           Momen seperti ini kekna pas buat nambah koleksi tulisan di blog, biarpun badan kanyeben tapi suasananya sunyi tenang. nyamuk ugal-ugalan yang biasa mengganggu pendengaran pun terlihat takluk oleh bayg*n elektrik yang kucolokin sejak tadi. tapi yang menjadi persoalan adalah, apa yang hendak ditulis kali ini? ingin hati nengok koleksi buku yang berjejer rapi di rak untuk referensi tapi bukankah aku seorang penulis yang tidak gemar membaca? kalau udah gini apakah ada yang gemar membaca tulisanku? ataukah hanya aku penggemar tulisanku sendiri.? lalu tulisanku mempengaruhiku agar aku menulis untuk menjadi penggemar tulisanku ini.? ah, sepertiya efek kopi ini masih begitu menyengat..

            Kali ini jam menunjukkan pukul 00 lebih sepuluh menit. dan sedari tadi aku hanya membolak balik membaca tulisan-tulisan dari awal blog ini dibuat, satu demi satu kubaca. kadang malu sendiri, kadang juga terheran-heran. ada termehek-meheknya juga.hehe.ya, sepertinya tulisan-tulisan ini telah menjadi bagian dari perjalanan hidup.. 

         Membaca tulisan-tulisan ini, membuatku menerawang bagaimana kondisiku saat menciptakan tulisan tersebut, bagaimana emosi ku saat itu. dan bagaimana aku menghadapi permasalahan di rentang umur segitu yang sangat tidak stabil.  dari yang sensitipan, gampang meledak2, mudah terpengaruh omongan orang. berfikir instan, memandang dunia sebagaimana dunia versi sendiri, semua kudu seperti apa yang diharapkan/diinginkan dll. ternyata benar juga orang tua dulu kalo ngasih wejangan ke kita slalu berkata kalau mereka sudah merasakan asam garam hidup ini. jangan sampai kesalahan itu terulang ke kita. tapi kitanya malah ngeyel. emang bocah yak.hehe..sekarang juga belum sampai pada tahap baik sih. tapi seenggaknya berproses. keliatannya siih gitu... :-p

        Mindset, Pola Fikir. kalau buat nyabut bulu namanya pinset. kalau sedih jadinya upset..kalo agak maju dari batas garis disebut offside......seett dahhh. malah ngelawak. kembali ke mindset, ternyata kualitas hidup kita ini sangat dipengaruhi oleh pola fikir kita sendiri. ketika kita melihat sesuatu. apa yang kita fikirkan atas sesuatu itu tergantung keadaan fikiran kita. simpelnya apakah sesuatu yang hinggap di kepala kita berupa hal-hal positif atau negatif,

       Ketika ngampus dulu di salah satu mata kuliah Kewirausaan Pendidikan, sang dosen memberi tugas untuk datang ke sekolahan mencari peluang wirausaha di sektor pendidikan. tidak beneran bikin usaha kek tugas anak ekonomi sih, cuma sebatas membuat konsep. lalu ketika mendengar tugas itu beberapa teman ber huuh ria., tapi berbeda dengan salah seorang temenku yang nyeletuk (kurang lebih begini), " kita masuki sekolahan-sekolahan, kita presentasikan konsep kita tentang pendampingan belajar, kita cari data siswa yang butuh pendampingan, terus kita bikin les privat beneran.!!, ketika aku melihat itu sebagai beban, dia melihatnya sebagai peluang.bagaimana bisa? ya mungkin karena kebanyakan mahasiswa terbiasa hidup enak  sedangkan temenku ini perantauan dengan uang saku seadanya sehingga mau gak mau selain mikirin kuliah, dia juga mikirin biaya hidup. kejeliannya berfikir membuat dia mendapatkan peluang disetiap keadaan.

        Contoh lagi adalah suatu saat ketika temen bertanya tentang referensi merk laptop yang bagus dan awet. aku menawarkan merk A, dan semua orang yang paham IT mengakui bahwa laptop merk A adalah yang paling bagus dan awet saat ini. tapi sobek e dia, punya pengalaman pernah beli laptop merk tersebut dan rusak dalam jangka waktu yang tidak begitu lama, sehingga menurut dia itu merk kualitasnya jelek. pengalaman pahit mewakili keputusannya terhadap sesuatu.
        
        Oh iya. satu contoh lagi ini penting. tentang introvert . sedih banget dulu pernah nulis tentang introvert disini dan banyak yang feed back, akhirnya jadi semakin memahami berbagai macam karakter introvert dengan segala permasalahannya. tapi setelah aku ganti nama domain blognya jadi gak ada yang feed back lagi.
            
            jadi salah satu temen kantor bercerita tentang sang anak yang sepertinya adalah seorang introvert (setelah beberapa waktu sebelumnya kita sharing tentang introvert). lalu karna sang suami yang tidak begitu memahami introvert seperti apa, suami tersebut melihat karakter sang anak  itu sebagai sebuah kekurangan atau keanehan. hal negatif lah pokoknya. sang anak itu bahkan sering dibully dan direndahkan oleh sang ayah. aku katakan kepada temenku itu (kurang lebih), "kalau kamu tidak bisa mengantisipasi itu, anakmu nanti akan memiliki jiwa yang kerdil.!! bagaimana mungkin seorang anak terbentuk pola fikirnya dengan baik kalo asupan mental yang dia terima hanya pengasingan, bullian, perendahan, dan ketidak cocokan..
                 
             betapa tidak, sebagaimana yang para introvert lainnya rasakan (termasuk aku), ketidak pahaman terhadap karakter introvert jelas membuat orang (tua) salah menyikapi sang anak. dia seperti terlihat pemales dan anti sosial. padahal nyatanya bullian itulah yang membuat mental sang anak kerdil sehingga semakin takut untuk bersosial. Padahal sebenarnya dibalik itu ada banyak sekali potensi yang melekat pada karakter introvert tersebut. 

        
        Itulah sebenernya tujuan utama dari pendidikan keluarga, anak yang masih polos itu terwarnai dengan didikan dan panutan dari kedua orang tuanya. orang tua selalu ada mendampingi dan memonitor perkembangan sang anak. sehingga perkembangan mental dan emosional sang anak terbentuk sempurna.  sayang nya sekarang para orang tua lebih cenderung memikirkan hal-hal yang berbau materi daripada warisan didikan yang bagus. mereka rela menitipkan sang anak ke mbah atau malah pembantu, atau setiap hari ditinggal yang penting ditinggali uang jajan lebih dan semua kebutuhan anak tercukupi. semua moment itu dikorbankan begitu saja, demi masa depan sang anak,katanya. entah aku melihatnya sebagai kelucuan atau keanehan cara berfikir. bayangkan kalau setiap hari ayah ibunya pergi bekerja. panutannya pasti kalau tidak televisi, sosial media atau lingkungan pergaulan teman-temannya. alih alih pendidikan agama, pendidikan karakter pun akan nihil jadinya. hasilnya...ya sudah bisa ditebak seperti apa..miris.
           
         Aku punya seorang teman sekamar kos waktu di solo dulu, dia juga temen seasrama di SMA dulu, kita sama-sama prihatin kala itu. keluarganya orang desa, ayahnya perantauan dan tidak begitu berada, namun sang ayah tidak pernah lupa untuk sekedar menelepon dan memberikan nasihat-nasihat kepada temenku, bahkan pernah ayahnya datang dari demak ke solo membawa sekarung beras untuk temenku itu, betapa trenyuhnya sang anak melihat itu sehingga dia bertekad untuk menjadi orang sukses dan bisa membanggakan orang tuanya tersebut. benar saja, temenku sekarang menjadi seorang dosen, penulis dan wirausahawan. pendidikan karakter tidak membutuhkan materi, bahkan terkadang materi membuatnya tumpul. dia hanya butuh cinta dan perhatian.

        Ternyata ada beberapa hal yang mempengaruhi pola fikir. salah duanya adalah wawasan keilmuwan dan pengalaman hidup. dua hal tersebut menjadi semacam notice ketika kita sedang berhadapan dengan sesuatu, atau hendak membuat keputusan dalam satu permasalahan, seperti teori pada sebuah konsep. kematangan berfikir mempengaruhi perilaku yang nantinya menjadi kebiasaan lalu melekat menjadi sebuah karakter.

            Mindset atau pola fikir yang baik tentu tidak bisa dibentuk secara instan.  kita kudu memaksa diri melatih fikiran dan mengontrol emosi supaya tetap tenang menghadapi segala sesuatu, tujuannya agar memunculkan pandangan yang baik dari kejadian yang buruk sekalipun, pun jika tidak dapat menemukan solusi, setidaknya dia bisa mengambil kebaikan dari itu sebagai pembelajaran hidup. sehingga kehidupannya penuh dengan hal positif. dia hidup dan berkembang. tidak down berlama-lama, marah pada keadaan apalagi menyalahkan orang lain. tapi sekali lagi, itu juga butuh proses. 

            Aku mempunyai kakak yang berprofesi sebagai sekretaris desa/ carik. hampir setiap hari dia berhadapan dengan masalah, baik itu menghadapi masalah administrasi desa, aduan warga, dan lain lainnya, belum lagi kalau ada masalah keluarga. tapi dia selalu terlihat tenang bahkan masih bisa guyon dengan yang lainnya. ketika memutuskan sesuatu dia berfikir beberapa langkah kedepan, tidak grusa-grusu. banyak orang kagum dengan itu, tapi bagaimanapun dia saat ini, kakakku yang lain pernah cerita dulu sekali ketika awal-awal bekerja dia juga banyak mengeluh tentang pekerjaannya. so, even the professional was an amateur (bener ngunu gak sih inggrise..??)

            Memang benar usia bukanlah indikator kedewasaan, bahkan di beberapa masalah terkadang tingkat intelektual juga tidak menjamin ituh. namun tiada bijak menyikapi hidup di dunia yang sekali tanpa memahami ini, selayaknya bagi kita untuk terus bercermin sembari mencari kekurangan diri lalu memperbaiki kemudian berkontribusi dan menjadi panutan generasi berikutnya. semua itu tidak akan keluar kecuali dari sebuah proses kematangan berfikir. kalau kita pernah menelan pahitnya setidaknya jangan biarkan orang lain ikut menelannya. jangan pernah kita mengacuhkan warisan pola fikir yang salah lalu kita teruskan dari generasi ke generasi.. kok kayak iklan ya wkwkwk..

okelah segitu dulu lanturan kali ini, sepertinya efek kopi sudah tidak terasa lagi, yok bubukkk..!!!

0 comments:

--->>>>> xXxXxXx [ [ [ PreNz 'n Fanz ] ] ] xXxXxXx <<<<<--