- Berusaha menjaga hubungan yang baik dengan anak sebagai seorang yang begitu dekat namun tetap dihormati. Sering berbincang, ikut serta kegiatan anak dan tidak malu untuk memasuki dunianya menjadi kunci keakraban antara anak dengan ayah, kita sadar bahwa apa yang dibutuhkan anak tidak hanya sekedar materi, karena hakikatnya materi hanya sebagai pengganti peran ayah saat tiada atau pelengkap kehidupannya, sebaik-baik tempat berkembang anak hanyalah orang tua, meski minim materi, itu cukup untuk membuatnya bahagia. Tapi jangan harap kalau sejak awal anak sudah diberikan kemewahan materi, maka peran ayah sudah tak lagi dibutuhkan dan tergantikan materi itu, akibatnya perkembangan anak menjadi tidak seimbang, dimana ketika mereka tumbuh dewasa nanti mereka hanya memandang segala sesuatu dari nilai materi, menganggap materi itu sebagai kunci kebahagiaan, bukan kasih sayang, so, buah jatuh tak jauh dari pohonnya, sifat itu pun akan menurun pada anak.
- Selalu mensuppport apa yang diingini anak selama itu adalah baik, jangan terlalu memaksakan kehendak sendiri. Seperti saat anak mempunyai cita-cita yang berbeda dari apa yang kita harapkan nanti. Jangan membuat anak mati gaya karena menjadi robot oleh orang tuanya sendiri, biarlah dia berkembang, menurut apa yang dia ingini, kita yang memberikan pilihan dengan penjelasan, tuntunan dan arahan yang baik, barangkali dengan begitu dia mengerti apa maksud kita namun kalau tetap tidak menemukan jalan yang sama, biarlah dia berkembang dengan potensinya, dia lebih tahu apa yang dia butuh dan ingini, meski terkadang kitalah yang merasa paling mengerti.
- Menghargai pendapat anak, jangan selalu menjustice dengan alasan lebih tua, lebih berpengalman akan asam-garam kehidupan. Anak memang mempunyai imajinasi yang tinggi, banyak maunya, dan cenderung berfikiran pendek, tentunya karena mereka masih anak-anak. Namun bukan karena alasan itu pula kitamenjadi suka mengabaikan pendapat mereka, tidak menganggap apa kata mereka. Bahkan memaksakan mereka seperti apa yang kita inginkan. Ketika anak mulai suka berpendapat, itu artinya kecerdasan mereka semakin berkembang, apapun alasannya, tidak baik untuk mengabaikannya apalagi bilang ,"ah kamu kamu anak tahu apa", perkataan tersebut terlihat sepele, namun yang sepele itu bisa mengerdilkan mereka, jika tiap hari orang tua bersikap begitu kepada anaknya, so, jangan harap saat dia dewasa nanti cenderung bingung menentukan pilihan tentang apa saja, atau diam saat dimintai pendapat, karena pengerdilan-pengerdilan yang diterimanya saat kecil dulu menjadikannya merasa tidak dianggap apa-apa, tidak merasa ada di keluarga itu. Dan menganggap dirinya bodoh juga tak lebih baik dari yang lainnya.
- Memberikan solusi, arahan, nasihat, peringatan dengan bijak, yaitu dengan tetap mengikuti alur fikiran anak, kita tidak mungkin memaksa anak untuk memahami kita, karena tingkat kematangan berfikir mereka pun beda, itu hanya membuat kita terlihat semakin egois, otoriter, dan menjauhkan jarak antara kita dengan anak.
- Berusaha selalu tampil di dunianya, ketika mereka dalam fase permainan saat masih kecil, fase pubertas saat mereka abg, dan fase kedewasaan saat mereka mencapai kematangan. Apapun itu harus selalu ada sosok kita didunianya, itu akan menjaga hubungan baik antara orang tua dengan anak,juga agar kita selalu siap saat kita dibutuhkan dan selalu mengerti keadaan dan masalahnya. Banyak sekali orang tua yang tidak begitu perduli dengan perkembangan anaknya, tidak kenal siapa teman-temannya, bahkan lupa tanggal lahir atau ukuran sepatunya. Jangan sampai kita melewatkan sedikitpun moment2 seperti itu, atau posisi kita akan tergantikan oleh teman-teman mereka, pacar, atau bahkan gadget yang belum tentu berefek baik bagi anak kita, hanya karena mereka lebih mau mendengar curhat anak kita, lebih memahami mereka, dan lebih menyenangkan.
- Memahami mereka secara utuh, bukan menyama ratakan mereka, tiap anak pasti mempunyai karakter yang berbeda, butuh pemaham ekstra untuk membentuk mereka menjadi pribadi yang sangat super. Bagaimana mengatasi permasalahan mereka.
- Jangan menjustice atau menyalahkan,tunjukkan letak kesalahan mereka sehingga mereka menyadari betul bahwa itu perilaku salah. jelaskan efek dari perbuatannya dan dampak bagi dirinya atas perbuatan tersebut.
- Jangan marah/mukul tanpa sebab, karena itu akan membuat mereka bingung dalam mencari tahu apa yang menjadikan mereka marah, itu menyebabkan mereka takut berbuat sesuatu dan menjauhkan jarak antara orang tua dengan anak. Maka buat anda yang suka mukul dan marah pada anak ketika mereka kecil, jangan harap anda mendapat perhatian darinya saat mereka dewasa nanti, saat anda tak lagi kuat untuk sekedar berjalan kesana kemari, saat anda hanya bisa terbaring di kasur, mereka akan meninggalkan anda begitu saja
- Tegas tak harus keras, kasih sayang tak harus selalu melembut dan memanjakan.ada hal-hal yang bersifat fundamel/prinsip (yang berkaitan dengan agama). Ada juga yang fleksibel (berkaitan dengan keduniawiaan).seperti saat anak sudah mulai dikenalkan shalat, mungkin pada awalnya harus dikenalkan dan dibiasakan yang namanya shalat, kita rutin ajak anak ke masjid (kalo sudah cukup umur, bisa dibilangi dan sudah tidak ngompol sembarangan), kita kesankan bahwa ke masjid adalah sesuatu yang sungguh menyenangkan, lalu kita jelaskan kenapa kita wajib shalat terutama ke masjid bagi lelaki, jangan pernah merasa sungkan atau malu menjelaskan hal seperti itu hanya karena menganggap mereka masih kecil dan belum paham apa-apa. Bahkan Rasulullah saw pernah melarang cucunya (saya lupa entah Hasan atau Husein) ketika mengambil kurma sedekah dengan menjelaskan bahwa keturunan rasulullah tidak makan sedekah. So, jangan malu menjelaskan itu, kalo dia sudah mengerti, tanamkan rasa disiplin hingga dia merasa tidak nyaman kalo belum melakukan shalat, saya pun sendiri pernah mengalami itu waktu kecil sehingga rajin shalat, hanya saja metode ayah saya cenderung terlalu keras. Takutnya, dengan di keras anak tidak mendapatkan esensinya, dan membelot ketika dewasa nanti karena merasa sudah berani membangkang, sedangkan kalau mendidik dengan pemahaman yang benar, maka insyaAllah besar nanti dia mendapatkan pemahaman yang semakin kuat. Lalu apakah tidak boleh mukul kalau anak tidak mau shalat. Pukul lah dia dengan catatan bahwa dia telah dijelaskan dengan benar sebelumnya sehingga ketika dia dipukul dia tahu letak kesalahan, itu supaya tidak ada anggapan dari anak bahwa dia dibenci oleh ayahnya, tapi sang ayah marah karena dia melakukan kesalahan.
- Menjadi figur yang diteladani, bukan ditakuti. Terkadang para orang tua entah sadar atau tidak merobek perkataan mereka didepan anak sendiri, mereka melakukan apa yang mereka larang kepada anaknya, seperti merokok misalnya. Padahal kecenderungan anak adalah lebih suka mencontoh perilaku daripada mendengarkan perkataan orang tua. So, tak perlu sok berfilsafat bagaimana menapaki hidup berkualitas kepada anak, berperilaku bijaksana pun aka menebarkan sugesti positif pada anak. Tak perlu memaksa untuk melakukan sesuatu atau menjadi sesuatu bahkan dengan kekerasan. Pendidikan kepribadian yang dibangun dari kekerasan akan menuntun anak untuk menggandakan/mengkamuflase kepribadian, dimana disatu sisi dia menjadi apa yang orang tua harapkan, namun disisi lain dia ingin menjadi apa yang dia inginkan, maka jangan kaget kalau banyak sekali mahasiswa perantauan bermental rusak/kacau, tenggelam dalam pergaulan bebas, namun ketika di rumah jadi anak baik, kalau ditelpon menjawab dengan halus layaknya orang jawa yang penuh tata krama. Membentuk kepribadian anak dengan keteladanan tidak hanya akan memberikan gambaran yang baik atau buruk kepada anak, namun juga pemahaman yang tinggi akan esensi baik-buruk tersebut. Berbeda jika kita hanya sekedar melarang mereka berbuat sesuatu atau mengancamnya kalau melakukannya, itu akan membuat mereka berniat melakukannya saat jauh dari jangkauan orang tua, karena mereka tidak mengalami pemahaman yang menyeluruh saat orang tua menyuruh/melarang melakukan sesuatu, sehingga dia tidak mendapatkan kesadaran pemahaman akan baik-buruk atau alasan larangan/perintah.
- Mengarahkan dan menuntun, bukan memaksa. Terutama untuk masalah keduniawiaan anak, semisal anak suka main bola, main kotor-kotoran atau apapun itu, biarkan dia berkembang secara natural dengan syarat dia tetap menjaga koridor benar-salah, dan tidak melanggar aturan., terutama aturan agama. Apakah itu berarti lembek terhadapnya? Tidak juga, masalahnya ketika sang anak ini terlalu sering dibatasi, dia akan merasa tertekan ketika ingin melakukan sesuatu, sehingga insting untuk mengembangkan potensi dan kepribadian yang harusnya bisa dia lakukan, terhalang rasa takut dan cemas kepada orang tua, itu akan membuat psikisnya cacat, mental yang lemah, sehingga jangankan untuk maju, untuk sekedar melakukan apa yang dia inginkan saja dia gak berani, cenderung m engikuti apa kata orang tua. Padahal hakikat peran orang tua adalah menuntunnya, bukan memaksa bahkan menekannya.
- Jangan pernah berbohong meski untuk kebaikan, biasanya hal-hal seperti ini dilakukan pada anak balita yang cenderung sering rewel, dan kalau minta sesuatu tidak bisa ditawar. Seperti minta dibelikan mainan dll, dulu saya sempat ragu apakah hal seperti itu (memberikan penjelasan daripada membohongi ) bisa dilakukan kepada anak kecil yang fikirannya belum berkembang sempurna, namun ternyata hal ini terbantahkan saat membaca buku Ust. Faudzul Adhim tentang pendidikan anak beliau menceritakan bagaimana anaknya yang sulung bisa diajak berfikir ketika kedua anaknya minta mainan, namun uangnya Cuma cukup buat beli 1 mainan. Respon yang menakjubkan, ternyata sang sulung menerima keadaan dan memberikan satu mainan itu kepada adiknya. Ya,selain karna buah jatuh tak jauh dari pohonnya, pendidikan yang baik juga akan membantu mengoptimalkan perkembangan kepribadian anak. Sungguh kalau membaca buku psikologi anak seperti itu jadi tak sabar ingin segera punya anak dan membentuknya menjadi benar-benar berkarakter. Sayangnya, belum mampu meyakinkan Allah :).
- Jangan terlalu protektif, berikan dia ruang untuk berkembang secara natural dengan pengawasan kita nantinya. Berikan dia kepercayaan untuk melakukan semua hal yang menurutnya baik dan berguna bagi dirinya. Saya yakin kalau anak diberikan kepercayaan penuh, anak akan mengerti dan tidak mengabaikan kata-kata kita. Seperti saat anak bermain gunting, katakan pada anak dengan sungguh-sungguh, bahwa gunting itu cukup berbahaya kalau tidak hati-hati menggunakannya, tahu kan dik? Dengan begitu dia selalu ingat apa kata kita, kalaupun nanti dia terkena guntin jangan langsung menyalahkannya, tapi jelaskan dengan bijak, biar dia dapat pembelajarannya sendiri.
Andai Allah mengijinkan aku untuk menjadi seorang ayah nantinya, InsyaAllah aku akan......
Dengan
menjaga hubungan antara anak dengan baik, semuanya akan bisa dikontrol dengan
seksama, anak tanpa sungkan akan bercerita tentang seluk beluk kehidupannya
kepada orang tua, anak akan begitu patuh, sayang, dan akan tetap akrab kepada
orang tua meski saat mereka dewasa nanti.
So,
pilihan yang terbaik saat anak berkeinginan terhadap sesuatu adalah memberikan
dukungan terlebih dahulu, kemudian barulah memberikan penjelasan dengan tetap
memasuki jalan fikiran mereka, kenapa itu tidak boleh, atau tidak bisa
dipenuhi. Dengan begitu anak akan mengerti apa yang kita sampaikan tanpa
melukai perasaan juga mentalnya.
Seperti
saat sang anak melakukan kesalahan, jangan serta merta memarahi apalagi sampai
main tangan, itu tidak akan menjadikannya lebih baik, setelah itu mungkin dia
akan nurut, tapi nurutnya mereka pada kita karena takutnya mereka pada kita,
bukan karena kesadarannya. Bisa jadi dia menjadi sosok baik dan penurut saat
ada kita, namun berbalik 180 derajat saat berada diluar.
Usahakan
kita tetap memperlihatkan rasa sayang kita kepadanya ketika menasihati, kita
jelaskan mengapa perbuatan tersebut tidak boleh dilakukan, apa efek yang akan
terjadi jika hal itu dilakukan, efek kepada dirinya, juga kepada orang lain,
bagaimana pandangan Allah jika kita melakukan perbuatan buruk tersebut,
sehingga ayah-mama menjadi sedih, tegakah dia jika melihat orang tuanya
bersedih.
Namun
juga tidak diartikan metode itu bisa dilakukan disegala keadaan, artinya
ketika anak membandel kita juga harus memberikan sentuhan lebih kepadanya agar
tahu seberapa jelek perbuatan itu dan seberapa marah orang tua saat mengetahui
perilaku itu dilakukan anaknya, namun dengan catatan, metode sebelumnya harus
dilakukan di awal, sehingga ketika dia membandel dan kita terpaksa memukulnya
(tidak keras), dia tahu dimana letak kesalahannya. Jadi tidak langsung mukul
tanpa alasan yang jelas, hal itu malah membuat dia bingung kenapa ayahnya suka
memukul dan dia gak tahu apa kesalahannya, yang berujung pada kesimpulan bahwa
dia merasa ayahnya tidak sayang kepadanya, atau dia merasa bahwa dirinya
memang nakal dan selalu salah, itu salah satu kesalahan besar dalam pendidikan
anak, dan selalu diingat bahwa, apa yang kita perbuat kepada anak nantinya
akan berpengaruh dengan kondisi psikisnya saat dewasa nanti, so, jangan bikin
mentalnya cacat
Mungkin
diantara anak-anak kita ada seorang anak yang punya kecenderungan introvert
atau tertutup, pendiem, penakut, hyper aktif, ceroboh, susah belajar,dll,
tentunya kita tidak mensikapinya sama rata. Ada anak yang dipukul dulu baru
bisa diam, ada juga anak yang kita pelototin saja sudah nangis. Semua
keragaman itu butuh kecerdasan orang tua dalam mensikapinya, salah mensikapi
saja, bukan hanya permasalahan kepribadian anak yang tak kunjung
terselesaikan, namun ketika dewasa nanti, mereka menjadi susah untuk
mengembangkan kepribadian kara
Seperti
jika anak sedang dihadapkan dengan beberapa pilihan, kita jelaskan saja tiap
pilihan yang ada, seperti tentang karakter tiap pilihan itu, efek baik dan
buruknya, sampai memberikan pendapat sebaiknya memilih ini, tanpa ada kesan
memaksa, dengan begitu selain anak menjadi percaya diri untuk menentukan
pilihan, itu memicunya menjadi pribadi yang penuh pertimbangan dan bijaksana
dalam menghadapi situasi seperti itu, sehingga kecerdasannya akan terpicu.
Berbeda jika kita langsung menyuruhnya memilih salah satu pilihan, selain dia
tidak paham mengapa harus memilih pilihan itu, ketika dia dihadapkan pada
kejadian seperti itu lagi, maka dia akan mencari ayahnya atau menyuruh
seseorang memilihkan untuknya.
Sangat
kentara sekali anak yang dididik dengan baik dengan anak yang tidak terdidik,
ataupun salah didikan. Biasanya anak yang dididik dengan baik akan menjawab
pertanyaan dengan pede, meskipun yang tanya orang tua dia tidak malu atau
takut, ketika berada di komunitas sebayanya dia tidak ragu memberikan
pendapat, tak p elak meskipu masih kecil, dia jadi pemimpin dalam lingkungan
anak seperminannya, tidak percaya? Silahkan amati anak-anak di sekitar anda,
pasti ada salah satu anak yang mencolok. Kebanyakan anak seperti itu ditemukan
di kota-kota besar. Karena tren keluarga disana cenderung demokratis. Tak
pelak anak-anak kecil disana sudah pintar ngomong gak seperti anak desa, hanya
saja karena tidak diimbangi dengan pendidikan islami. Kecenderungan kehidupan
mereka hanya berkutat pada keduniawiaan, jadi terkesan gersang sekali.
Biarkan
dia memilih menjadi apa nantinya, bukan karena kita lepas tanggung jawab,
namun dengan passion yang dimiliki anak dibidang yang disukainya, itu
membuatnya benar-benar memperjuangkan masa depannya, berbeda dengan anak yang
sedari kecil diatur dan dipilihkan, tentang sekolahan mungkin. Maka saat dia
dewasa nanti mungkin dia tidak sesukses anak lainnya, atau dia tidak
menikmati pekerjaannya. Tegakan kita
melakukan itu pada darah daging kita?.
Anda
pasti setuju semakin kuat kita melarang anak berbuat sesuatu, justru semakin
nekat dia melakukannya. Mungkin ada yang menanggapi "toh sama-sama
dilakukannya,". Bedanya, apakah dia melakukan itu karna marah pada kita,
atau dia melakukan dengan kesadaran betul atas kepercayaan yang kita berikan
padanya. Sebenarnya simpel saja, kalau kita tidak mengharapkan anak bermain
dengan alat-alat berbahaya, jauhkan itu dari pandangan anak, beres. Kebanyakan
kita begitu ceroboh memicu perhatian anak, setelah itu mencegahnya. Itu
seperti melarang anak buang air ketika kebelet, atau melarang makan saat
benar-benar lapar. Merawat anak memang butuh perhatian ekstra, untuk itulah
diciptakan ibu dari seorang wanita yang penuh kasih sayang dan kesabaran, yang
mempunyai bahu yang lebar namun lembut untuk setiap saat merangkul sang anak
saat dia membutuhkan perlindungan.
Kalau
saya melihat banyak sekali orang-orang desa yang menjaga anaknya terlalu
protektif sampai cenderung membatasi gerak. Contoh sepele saat anak mau
bermain di tanah diteriaki "jangan
main tanah nanti kotor", dll, belum lagi saat anak mulai tumbuh
dewasa, kemanapun selalu dibatasi, memang anak itu perlu diproteksi, tapi kita
manusia, tidak bisa selalu mengawasinya. Solusi terbaik adalah memberinya
arahan baik dan tetap mempercayainya, dengan begitu dia lebih merasa dianggap
namun tetap mematuhi nasihat kita. Adapun kalau anak tiba-tiba bergerak diluar
kontrol kita, sebaiknya kita cari dulu sumber penyebabnya. Jangan serta merta
membentak dan menyalahkannya, mungkin dia salah masuk pergaulan, dll. Masalahnya,
dengan membatasi gerak anak, anak akan terbiasa terkungkung di ketek ortunya,
sehingga ketika dewasa nanti, saat semuanya membutuhkan kemandirian. Dia tidak
bisa mandiri, bingung memutuskan pilihan, kurang pergaulan dan susah
bersosialisasi, tak tahu kemaana arah
tujuan hidupnya, karena sedari kecil sudah terbiasa didikte orang tuanya.
Saya
bukanlah seorang psikolog anak, belum juga menikah apalagi memiliki anak, namu sebagai seorang
pemerhati saya hendak mencurahkan apa yang saya amati selama ini pada
kehidupan anak-anak di sekitar saya, terutama atas pengalaman diri pribadi,
dengan harapan tidak ada seorang anak yang suatu hari nanti merasa tidak
dilahirkan dengan sia-sia hanya karena didikan yang salah dari orang tua.
Semoga bermanfaat
0 comments:
Post a Comment