Sebagai
manusia pada umumnya, ktia semua pasti berharap bisa menjalani kehidupan ini
secara normal, melewati fase-fase hidup ini dengan stabil dan terkendali,dari
masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga menua, dari fase sekolah dasar,
menengah, atas, kuliah, sampai bekerja. Ya pemikiran itu sungguh sangat wajar.
Namun tidak selamanya alur itu berjalan sesua harapan, karena hidup ini
bukanlah tempat kita meletakkan harap, dan ada Tuhan, Sang Maha Penentu
Keputusan. Kita yang menjalani, bukan yang menentukan. Karena ada tempat lain
untuk menjawab semua harapan, membalas semua kelakuan, setelah mati nanti..
Lalu apa
maksud saya menulis ini tadi, yakni untuk mencapai kesepakatan pemikiran, bahwa
ada banyak sekali perbedaan di dunia ini, ada kaya-miskin,
kurus-gemuk,ganteng-jelek, bahagia-merana, pintar-bodoh, dll. kita tidak
seharusnya menilai orang secara
kompleks, merata, menyamakannya dengan yang lain, sedangkan tiap orang
mempunyai bermacam karakter, potensi, kematangan mental, lingkungan yang
menjadikan tiap alur kehidupan dijalani secara berbeda pula.
dan itu
semua tidak lepas dari faktor X, yakni takdir atau ketentuan Tuhan. So, sifat
iri-dengki, ataupun meremehkan orang lain karena lebih rendah dari kita itu tak
perlu terjadi, karena masing-masing mempunyai rahasia kehidupan sendiri dimana
hanya dia dan Allah yang mengerti. Yang menjadikan kita tak selayaknya
menjustice mereka hanya dengan melihat mereka secara kasat mata.
Dan
sebagai sesama manusia, baiknya kita membantu mereka, mengangkat beban mereka,
karena itu akan menjadikan hidup lebih berkualitas dan berarti lebih.
Taruhlah
ada seorang siswa yang bodohnya minta ampun, bukan berarti dia benar-benar
bodoh, atau pemalas, selalu ada faktor X yang menjadikan dia seperti itu,
mengucilkannya, memarahinya, mencacinya, itu tidak akan bermakna apa-apa bagi
dia, malah menjadikan kualitas kepribadian kita semakin memburuk karna kita
memperlihatkan keburukan kita dengan mencacinya, bisa jadi dia bodoh karena dia
salah dalam menggunakan metode pembelajaran, atau ada masalah yang mengganggu
fikirannya, atau dia takut untuk belajar, dan lain sebagainya.
Ada juga
seorang manusia yang miskin, bisa jadi itu bukan karena kemalasan, mungkin dia
kurang beruntung dalam kesempatan pekerjaan, mungkin dia seorang pesimis, dll..
Sebenarnya
segala yang berhubungan dengan materi bisa ditambal dengan kehadiran
orang-orang lain yang membantunya memetakan masalah yang sebenarnya tidak
begitu berat bagi orang lain, namun terlihat berat bagi dia. Itulah pentingnya kita saling membantu,
bukan menilai negatif lalu menyingkirkannya begitu saja.
Setiap
dalam kesamaan menyimpan perbedaan, karena pada intinya perbedaanlah yang
membuat keseimbangan di kehidupan ini, dengan keseimbangan akan tercipta
kesamaan, dengan sifat perbedaan sendiri, yaitu melengkapi, bukan mencerai
beraikan. Sebagai contoh, pria dan wanita dengan tingkat perbedaan yang sangat
mencolok, pria yang diciptakan dengan kekuatan, kedewasaan, pola fikir,
ditujukan untuk dijadikan pemimpin, sandaran bagi seorang wanita yang cenderung
rapuh, namun berperasaan dan penuh cinta, mungkin tanpa pria seorang wanita
akan cenderung mengalami banyak depresi kehidupan, namun pria tanpa wanita,
hidupnya akan kacau dan berantakan. So, adanya perbedaan dalam kehidupan akan
menjadi pelangi diantara rintik hujan yang mengindahkan, jangan dibuat cercaan,
apalagi alat untuk meremehkan, semuanya sudah diatur dan ditentukan sedemikian
detail oleh Allah dengan porsi dan
tujuan masing-masing, jadi jangan lagi ada stereotip dan diskriminasi sosial,
isu rasisme, atau segala sesuatu yang bertujuan untuk menggeser apa yang
sejatinya sudah ditetapkan, seperti feminisme.
Kita
kembali ke arah yang lebih spesifik, tentang pentingnya rasa saling memahami
dalam kehidupan. Sebagaimana orang kaya yang memahami betul bagaimana
kesyukurannya saat melihat orang yang jauh di bawah mereka, sehingga ada rasa
ingin berbagi kebahagiaan, membantu mengangkat penderitaan, atau minimal
mengurangi penderitaan mereka. Bagaimana orang yang pintar memahami betul bahwa
orang-orang yang jelek nilainya sebetulnya mengalami kesalahan dalam metoda
pembelajaran, bukan semata-mata mengecap bodoh, pun orang yang malas belajar
butuh pencerahan untuk meluruskan kembali pandangan mereka tentang hakikat
pendidikan, sehingga terdorong jiwanya untuk mengejar ketertinggalannya.
Lalu
adakah hikmah bagi yang sedang berada di bawah, saat-saat dimana mereka
bergelut dengan ujian, penderitaan, kekurangan, yang entah sampai kapan mereka
akan berada di keadaan seperti itu? Tentu ada, barangkali untuk yang sedikit
mau berfikir mendalam tentang semua itu, akan selalu ada hikmah yang bisa
diraih, bahwa dunia ini memang ladang ujian, berada diatas ataupun dibawah
tetaplah ujian di dunia ini, bukan tentang apa yang tlah diraih atau dicapai,
namun apa yang bisa kita sikapi atas setiap keadaan dan kejadian yang terjadi
di kehidupan yang sedang dijalani ini. Sehingga tak ada sikap sombong saat
enak, sikap putus asa saat merana. Hikmah bahwa dengan kondisi yang seperti
itu, bisa merasakan bahwa keberadaan Tuhan itu sangat nyata, pertolongan yang
begitu dekat itu terasa sepekat air es yang kita minum saat kehausan,
kesyukuran orang susah yang diberi nikmat sedikit tentu lebih mampu
menggetarkan langit dibanding orang kaya yang biasa mendapat uang jutaan. Lalu
mana pensikapan yang lebih baik dari semua itu?
so, mari
kita saling memahami, saling berbagi kasih dan membuang segala sifat-sifat
keegoisan. Dinamika kehidupan selayaknya bukan hanya dijadikan alasan kita
untuk hanya memikirkan diri sendiri, lalu lenggang kangkung atas keadaan yang
orang lain alami, kita hanyalah manusia biasa, jiwa kita saling membutuhkan
meski kualitas hidup mengalami perbedaan. Dan itu tidak akan terjadi, kecuali
dengan mencapai pemahaman yang tinggi,bahwa diatas langit masih ada langit,
dibalik kehidupan akan ada kehidupan, dan setiap perilaku akan mendapat
balasan.
0 comments:
Post a Comment