Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Saturday, July 8, 2023

Gerimis Menuntunku Pergi

bila esok kita tak lagi saling menyapa, Semoga habis segala yang pernah tersisa,
                                (Kudus, 15 juni 2019)

        Sore menuju maghrib, potongan hari dimana seolah bumi berputar setengah melambat dari biasanya lalu tetiba menjadi sayu. saat kebanyakan manusia menghempaskan diri ke sofa ruang tengah setelah dari pagi berkutat menjemput rizki. saat para ibu telah mempersiapkan makanan santap malam. entah dari mana awalnya tiba-tiba melintas kembali kisah empat tahun yang lalu itu. sepertinya memang, tidak baik mengkosongkan waktu guna menghindari angan-angan, atau menarik kembali luka kenangan lama yang dulu menghantui. sesemangat itu syetan meracuni kehidupan seorang hamba.

        Agaknya senja ini terwarnai gerimis, tanah basah membau harum meramu udara menjadi parfum. remricik air hujan menari-nari disekitar bumi yang sedang dipijak. menghipnotis pandangan menjadi samar, dan fikiran menerawang jauh seolah jiwa terlepas lalu terikut tarian itu. di hujan yang sama diatas putaran roda pada ujung potongan kisah lalu itu, 4 tahun yang lalu.

           Di tengah kerumunan hujan lalu itu seorang lelaki hendak berkisah, tentang hati nan terbawa pergi, oleh seseorang yang dahulu pernah dia percayai. dia teringat memanglah benar cinta mampu meluluhkan jiwa yang keras, mewarnai hati yang kelam. Dia tersadar cinta mampu menyuburkan kehidupan manusia dari gersang menjadi rindang, namun juga mampu menciptakan hutan menjadi padang sahara. sedang yang ia lupa adalah, memaksakan diri menaruh harap kepada seseorang yang dia sendiri belum yakin tentangnya, itu berarti harus siap merelakan seluruh hatinya tercabik secara sempurna. namun kembali lagi, itu adalah bagian cerita dimana arah fikir, arah rasa, dan arah hidup menjadi kian tertata, bukan awal kehancuran dunianya. 

        Senja beralih malam tanpa mengharap apa-apa. dan membenci adalah cara terburuk untuk menyembuhkan rasa luka, hanya serbersit hati untuk menyelesaikan tulisan ini sebagai bagian dari catatan hidup, tak perlu melegenda.      

            Mencintai itu bagian dari masa lalu, mempersilahkan masuk seseorang di hati, kemudian serta merta merawat dengan cara yang menurutnya membahagiakan adalah bagian dari keputusan. ya, hidup adalah serangkaian keputusan. namun menggerutui keputusan yang salah adalah bagian dari kegagalan hidup. ya, dahulu ketika bayi tanpa bernalar pun kita belajar berjalan dengan merangkak, lalu setelah dewasa ini kita kalah oleh fikiran dan keadaan?  tetaplah dalam kesadaran bahwa dibalik segala usaha dan harapan, ada Tuhan yang Maha Memutuskan. 

            Teringat pula ketika dulu berdoa (istikharoh) untuk memantabkan diri, "jika dia jodohku dan yang terbaik untuk agamaku, maka dekatkanlah, mudahkanlah dan berilah jalan, tetapi jika dia bukan yang terbaik bagiku, maka berilah kami perpisahan yang baik. meski yang terjadi adalah perpisahan yang kurang baik.

             yah, semua kegagalan dan keputusasaan adalah sengatan sentilan, bahwa ada yang salah dengan caranya mendapatkannya, caranya merawat cinta. tak perlu tetap terawat segala rasa benci, gundah dan amarah. dunia terlimpah supaya hidup berjalan terarah. menjadikan pribadi yang indah di mata Sang Pencipta Keindahan.
 
  

0 comments:

--->>>>> xXxXxXx [ [ [ PreNz 'n Fanz ] ] ] xXxXxXx <<<<<--