Kosku itu unik memang, selain bentuk
bangunannya yang mirip gedung tak terpakai,atau lembaga pembinaan, orang-orangnya juga seunik bangunannya.
Mempunyai 24 kamar yang terbagi dua, kamar atas dan bawah, dahulunya banyak
orang-orang keluaran pondok disitu, jadi kalau subuh tiap kamar diketok agar
shalat di masjid, kemudian setiap waktu shalat juga pada bareng-bareng shalat
berjamaah dimasjid. Kamar atas menjadi kamar vip karena kebanyakan mahasiswa santri tersebut berada disana, cenderung
bersih, nyaman, dan slalu terdengar merdu alunan murattal tiap harinya,
sedangkan kamar bawah penghuninya agak tak tertata, sering teriak-teriak saat
ngobrol, ngomongnya kurang terjaga, setidaknya waktu itu tidak ada yang berani
merokok di kosan, apalagi memasukkan
wanita ke dalam kos.
Nah, era baru terjadi pasca keluarnya
para penghuni yang berpengaruh tersebut, perlahan suasana kos berubah. Anak -
anak mulai berani menyetel musik keras-keras dan merokok. Beberapa anak yang
masih suka ke masjid pun berusaha untuk menasehati namun susah, karena memang
perbandingan yang lurus dengan yang aneh tidak seimbang. Akhirnya ya sedikit
banyak tetap diusahakan minimal untuk menjaga kerukunan dan kenyamanan di
lingkungan kos.
Beberapa masa
setelah era gemilang usai dan berganti era kegelapan,
Suatu hari, keponakanku yang notabene
menjadi salah satu pengurus disana merasa menceritakan keresahannya karena tiap
malam slalu terganggu oleh suara keras musik depan kamarnya, dia bercerita
kalau musik itu dinyalakan hampir tiap hari, tidak peduli pagi siang malam,
ponakanku merasa terganggu belajarnya
dengan adanya musik tersebut. Akupun sebagai om berusaha untuk menjaganya dari
segala gangguan, biarlah om nya rusak, yang penting ponakan sukses.
Ternyata benar, setiap kali kita naik ke
lantai atas (tv kos berada di atas) kita selalu dibisingkan dengan degupan
suara lagu yang menurutku gak wajar, itu berasal dari kamar si A, yang
diceritakan keponakanku sebelumnya. Padahal dalam grup fb kos, sudah
diperingatkan. Para pengurus kos sudah berusaha demokratis dengan membuat wadah
untuk anak kos menyampaikan unek-uneknya tentang kos dalam grup fb tersebut.
Namun malah dibuat bahan bercandaan, iseng-isengan posting photo temen yang
lagi tidur hasil dari nyuri-nyuri jepret, gpp sih biar nambah kedekatan,
tapi kalau himbauan pengurus untuk
anak-anak kos lewat grup fb itu tidak digubris, repotlah keadaaan.jadwal piket
berantakan, keadaan kos kacau dll, apalagi untuk masalah speaker bocor tadi.
Himbauan dari pengurus agar tidak membunyikan musik keras-keras itu rupanya
tidak mendapatkan respon yang positif dari si doi, dalam beberapa hari musik
masih menyala keras walaupun sang empunya kamar terkadang keluar. Mungkin dia
menyetel musik bukan untuk di dengarkan, tapi untuk dipamerkan ke orang, karena
semestinya untuk menikmati musik tidak harus sekeras itu. Kuping malah panas
denger suaranya, apalagi liat orangnya.hohohohoho..
Lanjutan ceritanya, Malam itu saat kita
lagi asyik-asyiknya menonton tv bareng di sudut kamar atas, ada juga yang
sedang maen karambol, maenan favorit terbaru anak kos setelah ada yang mau
benerin papannya, kebiasaan anak kos lagi, kalau ada barang rusak, satupun
tidak ada yang mau menyentuh, tapi kalau udah jadi, rame-rame deh pada pengen
make. dan lagi-lagi kita dusuguhkan dengan suara gak asik itu. Temen-temen
mulai risau, akupun sedikit esmosi, kalau gak bener-bener kelewatan aku susah
emosi, aku datangin aja kamarnya. niatnya mau ngerjain tu doi, matiin speaker,
tapi waktu di kamarnya, ternyata ada orangnya,ngaplah-aplah
alias terlentang sambil megang hape. akhirnya kusindir saja "opo ra budeg kupingmu nyetel banter-banter ngunu,
men??" (ápa gak tuli tu telinga dbuat dengerin lagu dengan volume sekeras)
setelah kutinggalkan dia sedikit mengecilkan volume nya, mungkin masih
terhalang gengsi.
Nah, pagi harinya ketika aku main ke
kamar atas, gak sengaja aku lihat tulisan iseng yang ditempel-tempel di tembok
samping kamar si doi, tiba-tiba terlintas di fikiran (entah dari bisikan
malaikat atau syetan) untuk menulis pesan buat si doi, mumpung suasana kos
sedang sepi. Kupinjem spidol dan lak ban dari temen, terus kutulis
'TOLONG..!!!! KALAU NYETEL MUSIK JANGAN KERAS-KERAS..!!! INI KOS, BUKAN DISKOTIK..!!!!!' panas berasa emang
tulisan itu, sebenarnya aku gak semarah tulisanku itu, namun aku punya bakat
bawaan dari bokap, yaitu manasin kuping orang
hhehehe. sampai temenku jadi kecut waktu liat tulisannya dan berusaha menjegah
niatku,"jangan bang, bisa-bisa panas suasana, nanti', aku pun Cuma
tersenyum,, aku juga pengen tahu bagaimana respon dia, karena doi satu ini
emang orangnya unik, paling suka ngomongin diri sendiri, apalagi kalau menang
maen ma temen-temen, kebanggaan ma kemampuannya sungguh terasa menjengkelkan,
temen-temen pun banyak yang ngerasa begitu, aku bilang aja mungkin si doi cuman
pengen bercanda namun dia tahu caranya ngelucu, jadinya ya begitu. Kadang
terlihat konyol emang kalo liat si doi sedang melucu. Gak bermaksud ngerendahin
lo sob, aku nulis gini biar ntar kalo udah tua trus ngeliat tulisan ini jadi keingat masa muda
kita dulu, terutama ma elu.hehehe.
Dan bener, siang harinya ketika kita
sedang asyik bermain karambol, dia keluar kamar sambil marah-marah, kemarahan
yang paling mengerikan yang pernah kulihat dari dirinya, sambil sumpah serapah
dan segala kata kotor keluar dari mulutnya, aku hanya diam dan pura-pura tidak
tahu, hehehe. Emang rada keterlaluan sih tulisan tadi, kalau itu ditujukan
buatku pun aku juga sama tersinggungnya kayak si doi.
Dia bilang 'ya emang
ini kos, siapa bilang ini diskotik, kalau berani tuh ngomong langsung ke
orangnya, jangan pake gini-ginian, katanya gentle, anak bawah saja pada keras
kalau nyetel musik, A*uuu…!!!! (nama hewan yang sedang dijadikan kambing hitam
olehnya)hehehe…
Aku gak tahu apakah dia sudah tahu kalau
pelakunya itu aku apa belom, tapi karena malam sebelumnya aku mendatangi
kamarnya jadi kemungkinan dia tahu bahwa itu kelakuanku, namun dia hanya
menyindir. Waktu di doi lagi naik pitam sebenarnya aku mau berdiri dan mengaku,
sebagai seorang lelaki kan kudu tanggung jawab, namun pertimbanganku percuma
bicara di depan orang yang sedang naik pitam, gak ada gunanya, dan spekulasiku
kalaupun aku ngaku, 90 persen yang terjadi adalah baku hantam. Sayangnya dia
seorang muslim dan kita masih tinggal satu atap, jadi sudah bisa dibayangkan
kedepannya pasti jadi gak enak kalau itu kejadian.
ya anak bawah memang ada beberapa yang
seka membunyikan speaker kenceng, aku juga, namun itu juga tidak selalu hidup,
dan gak sekencang itu, mungkin karena speakernya bagus jadi yang terasa hanya
dengungan bass. Dan seharusnya memang gak perlu menjadikan keburukan yang lain
sebagai alasan untuk melakukan hal yang sama, keburukan kan gak harus ditiru.
Kita anak bawah juga sudah berusaha mengkondufsifkan keadaan. Tiap waktu shalat
pergi ke masjid dan sehabis maghrib membiasakan pada ngaji, meskipun kamar yang
diatas masih pada bercanda di depan tv. Memang keburukan lebih mudah untuk
menular daripada kebaikan. Sayangnya ketika ada seseorang yang melakukan
keburukan kita lebih mudah untuk menirunya seolah ada teman yang bisa dijadikan
alasan, namun tidak untuk kebaikan. Padahal itu lebih bermanfaat untuk yang
dirinya.
Memang kepribadian seseorang sangat
terlihat dari bagaimana dia merespon masalah atau segala sesuatu yang
menjatuhkan dirinya. Bukan dari bagaimana dia bersikap, karena terkadang
omongan ma sikap masih bisa direkayasa, namun kalo sudah kena hal yang
berhubungan langsung dengan dirinya, nah itu baru keliatan wujud aslinya. Ada
orang yang suka banget ngelucu namun ngelucunya kelewatan, demen banget
ngebully temen dan ngomongin diri sendiri, itu biasanya orang yang
ekshibisionis, alias pengen terlihat di lingkungannya, sehingga dia gak begitu
peduli konten omongannya, yang penting memperlihatkan bahwa dia lebih dari
teman-temannya yang lain, ada juga yang orang nya tenang, dibully temannya pun
senyum-senyum aja, orang kayak gini malah lebih diapresiasi teman-teman yang
lainnya meski itu tidak diucapkan secara langsung, terkadang kita lupa, bahwa
orang-orang disekitar kita pun bisa menilai kita meski mereka tidak me ngatakan
langsung, jadi jangan berfikir kita aman untuk mencurangi atau mempercundangi
teman. Karena pun mereka gak merespon, mereka bisa menilai, ujungnya nanti
kalau kita butuh sesuatu ke dia, nah respon dia ke kita itulah jawabannya. So,
keep your mouth bro...
Sebenernya yang ingin ditekankan dari
kisah ini adalah tentang sensifitas diri, bukan untuk menceramahi atau
menggurui, akupun kadang luput dengan mudahnya melukai perasaan orang, makanya
sebagai manusia lemah nan sering khilaf baiknya kita saling mengingatkan
seperti ini, jadi maaf-maaf kate kalau bahasannya terlalu sok atau gimana,
bukan penulis yang pinter.hehehe..
Kite lanjut lagi tentang sensifitas
diri, bagaimana kejernihan hati itu terefleksi dari kesensitifan dirinya
terhadap segala sesuatu,orang yang punya hati jernih pasti selalu mengaitkan
segala sesuatu dengan dirinya, misalnya ada orang yang suka ngomong
keras-keras, mungkin hatinya akan berkata, apa kalau aku bicara ke orang-orang
sekeras itu ya, sehingga dia menjadikan ketidak nyamanan atas perilaku tidak
baik orang lain sebagai peringatan buat dirinya agar tidak melakukan hal
serupa, karena kesadaran bagaimana tidak enaknya diganggu orang lain,
Kehidupan di lingkungan kosan memang
serba jelimet atau kacau, dimana berbagai macam kepribadian berkumpul disitu,
yang mana sedikit banyak orang-orang
disekitar merasakan/ mendapatkan efek dari perilaku-perilaku gak baik tersebut.
Semisal, ada orang yang joroknya minta ampun,kalau mandi sering sekali ngotorin
bak ,kalau kencing jarang nyiram. ada juga yang egois, demen banget ngumpetin
ember yang seharusnya dipakai bergiliran, ada juga yang suka make barang milik
temen tanpa ijin, yang paling sepele tapi cukup mengganggu, urusan bau.
Nah, dalam urusan seperti itu
sensifitas diri bener-bener kudu dipakai, kebiasaan tidak baik teman-teman kos
yang lain harusnya dijadikan cambukan agar kita tidak melakukan hal serupa,
bukan malah dijadikan tameng sehingga kita bebas melakukannya. Kita memang punya hak untuk melakukan sesuatu semau kita,
namun kita juga ingat bahwa mereka juga punya hak untuk tidak terganggu oleh
kita, dan itu menjadi kewajiban buat kita. seperti masalah speaker bocor tadi.
Memang anak-anak kamar bawah banyak dan sering menyetel musik keras-keras,
namun tidak sekeras yang satu tadi, karena kalau sudah kelewatan, pasti aku
bertindak, begitu sebaliknya, kalau masih wajar-wajar saja, aku biarkan.pun
anak-anak bawah juga sudah sering kuomongin baik-baik buat pelan aja nyetel
musiknya, mungkin untuk peringatan yang satu ini emang terlalu frontal,
Kejadian naik pitamnya doi sontak membuatku berfikir, apa aku subyektif melihat
masalah ini, dengan mendiamkan/ membiarkan anak-anak bawah (karena aku juga
tinggal di kamar bawah) tapi memperingatkan kamar atas. Memang antara anak bawah dengan anak atas ada
sedikit rasa sentimen pada keduanya, namun sudah berusaha dibiaskan untuk
menjaga hubungan sesama penghuni kos.
Sensifitas diri itu sangat perlu,
bahkan ajaran agama kita juga menganjurkan ummatnya untuk senantiasa memekakan
diri dengan diri sendiri juga lingkungan sekitarnya.tujuannya adalah
terciptanya suasana yang tidak h anya kondusif, namun perbaikan yang kontinu.
Begitu juga kita sebagai individu yang sudah baligh, punya tanggung jawab atas
perbuatan kita sendiri, dimana apa yang tlah kita lakukan langsung dapat
dilihat dan dirasakan orang lain sehingga bisa langsung dinilai oleh
masyarakat. Gak enak kan kalau kita dicap gak bagus, apalagi kalau nanti kita
sudah punya istri atau keluarga, mau
dibawa muka istri kita, kalau tau punya suami gak peduli dengan dirinya
sendiri. Semoga kita diberi sensifitas diri dan dipermudah untuk memperbaiki
diri.
0 comments:
Post a Comment