
Tiada hidup tanpa pergaulan. Sungguh betapa nikmatnya hidup ketika
kita bisa mengobrl hangat dengan teman diselingi candaan-candaan kecil yang
jauh dari keseriusan. Namun ketika arah pembicaraan mereka berubah menjadi
tanya jawab tentang pencapaian-pencapaian yang mereka sedang kejar atau baru
saja di dapatkan. Itu seolah menjadi wrong seat bagi kita. Tak terasa kursi
kita semakin menjauh-lalu menjauh dan perlahan kita beranjak pergi meninggalkan
mereka dan tak ingin kembali. Selamat tinggal obrolan hangat.
Adakalanya telinga kita menjadi lebih sensitif oleh kata-kata
tertentu, adakalanya pandangan kita lebih tajam oleh pemandangan-pemandangan
tertentu pula. Dan keduanya seringkali menjadikan detak jantung berdetak lebih
cepat. Atau sesekali seolah berhenti sekejap. Ada apa dengan keringat dingin
tiba-tiba menetes di sela-sela tubuh meski udara sangat panas saat itu. Ada apa
dengan muka pasi yang tiba-tiba terbentuk, sesaat setelah gelak tawa yang
terlempar keluar. Semuanya karena kita gagal meraih pencapaian hidup
sebagaimana mestinya.
Kita seolah kehilangan keberanian untuk melkitakan sesuatu. Dan
kita lebih pengecut dari maling spion mobil sekalipun. Berjalan dengan bahu
menekuk dan kepala tertunduk, seakan tidak ingin seorangpun melihat kita
disitu. Kalau perlu, kita bungkus bayangan supaya tak menutupi terangnya dunia
waktu itu. Eksistensi kita meredup. Dan tiada kata selain menjauh dan
menghilang.
Ada apa dengan hidup yang semakin memberat. Saat semangatnya
tercuri, dan jiwanya merasa tersekat. Jangankan tuk melangkah, sekedar bangun
dan memikirkan kembali semua itupun, tak akan pernah sampai pada ujungnya. Yang
ada hanya kekalutan ditambah ketakutan, masa depan semakin mencekam. Meski pada
kenyataannya kita tak seburuk dari apa yang kita fikirkan, selain sedikit
sendatan dalam mengarungi yang menjadikan itu terlambat sampai tujuan. Namun
kita merasakan itu seolah kita sudah bukan apa-apa lagi. Orang-orang
menyebutnya mental blocking, atau kita terpenjara dalam fikiran kita sendiri.
Paranoid, saat orang-orang yang dekat dengan kita menjadi berubah
rupa, sapaan hangat kini berubah menjadi serentetan tanya. Mengapa begini dan
mengapa begitu. Sedang tak semua alasan masuk logika mereka. Kemudian
telunjuk-telunjuk itu mulai berdatangan, berubah membesar dan kesini tepat
terarahkan. Terkadang telunjuk itu bergerak kedua arah berirama ke arah kita
lalu ke teman sebaya yang kata orang tlah berhasil, kemudian telunjuk itu
mengarah lagi ke kita, lalu kembali lagi ke dia. Ada juga dua jari yang bergerak
lebar menguak dua sisi dompet memperlihatkan kekosongannya. Yang terakhir
mengarah pada rangkaian angka yang berjejer berurutan di tumpukan lembaran
sempurna dengan gambar cantik ditiap atasnya. Tertempel ditiap-tiap tembok
rumah untuk mengingatkan saat-saat muda dan tua setiap bulannya.
Itu seolah menyisakan harap, adakah sistem yang bisa membuat mereka
melupakan kegagalan ini semua. Atau berharap figur manusia kucing yang
mempunyai kantong serba bisa itu benar-benar muncul di hadapan kita dan waktu
berputar mundur tepat dibelakang saat kita terjatuh. Ah...kita sudah
benar-benar kalut dan tak lagi bisa membedakan, antara mimpi dengan realita.
Semua berbahasa angan dan terwujud hanya di fikiran.
Dan kegelapan akan sampai pada ujungnya,
Pun meski malam terasa begitu lama karena gelapnya, mentari kan
menepati janji untuk datang tepat pada waktunya. Jangan putus harapan. Hanya
satu kata yang membekas dari lantunan ayat suci yang biasa kubaca saat hati ini
mengerut harap. Saat jantung seolah melambat dan paru-paruku mulai malah
menyerap oksigen kedalam tubuh. Akan selalu ada waktu untuk kembali merenungi
kehidupan ini, berfikir ulang dan mulai menapakkan kaki mengembalikan keadaan
seperti semula. Atau meski tak sebaik semula, namun perbaikan yang kita jalani
adalah rangkaian kebaikan pada diri kita. Bukan hidup jika tidak dinamis, bukan
manusia jika tak punya salah. Bukan hamba jika tak bertobat dan meminta ampun
pada penciptanya.
Kalah di hadapan manusia tak berarti begitu juga dihadapan Sang
Pencipta, toh bukankah kekalahan-kekalahan itu menjadikan kita semakin khusyuk kepada-Nya,
dan semakin rendah hati pada semua. Terjauhi angkuh dan kesombongan. Dan kita
bisa melenggang kangkung pada kehidupan yang benar-benar kita ingini tanpa
terpengaruh penilaian mereka.
Selalu ada jalan untuk perbaikan. Meski hitamnya tak bisa kembali
memutih benar. Dan lukanya masih terlihat membekas lebar. Kenapa harus disimpan
dendam dan sakit hati. Kalau semua ini memang harus terjadi. Ini semua hanya
butuh waktu untuk menenangkan fikiran. Agar dada ini bisa melapang, lalu
memaafkan semuanya. Biarlah asa ini menguap dan terbawa angin menjadi mendung,
siapa tahu suatu saat nanti menurunkan hujan lalu menumbuhkan bibit asa baru
yang lebih baik. Semoga..
Kita takkan mampu memaksa waktu berputar mundur dan kembali di
keadaan menyenangkan itu. Lalu merubah semuanya hingga berjalan lurus tanpa
harus kembali ke sisi gelapnya. Bukankah itu harapan para pendosa di neraka
nantinya. Sedangkan kita masih hidup di dunia. Ribuan harapan masih
berlari-lari di sekitarku, menyelinap di sela-sela pedihku. Allah, Tuhanku yang
Maha Penyayang itu tak pernah kehabisan waktu memberiku potongan-potongan
misteri kehidupan untukku. Ini semua hanyalah serentetan takdir yang harus kita
lalui untuk diambil hikmah. Dan
segalanya masih bisa berubah. Kun fayakun.!!!
Selalu ada manis yang tercecap dibalik kepahitan hidup, seringkali
muncul cinta ditengah kebencian yang meradang. Sebagaimana mereka terpilih
menjadi orang-orang yang sukses, kitapun orang-orang yang terpilih untuk
memberikan pengajaran bagi insan lainnya. Dan siapa yang lebih menerima keadaan
juga berjiwa besar diantara kita, kita tak tahu. Yang kita tahu hanyalah Allah,
Tuhan kita yang sungguh Maha Penyayang. Akan selalu memberikan kita kesempatan
lagi dan lagi, menawarkan pilihan disela-sela keputusan. Dan harapan. Akan
selalu terbuka mata batin ini mengais nilai-nilai kehidupan di kepahitan ini.
Dan kita yakin. Suatu saat nanti. Luka-luka ini menjadi penawar bagi yang lain.
Kerikil-kerikil tajam akan berubah menjadi berlian. Oleh pelajaran hidup yang
tak ternilaikan. Bukalah jalan ini ya Rabbi. Tunjukkanlah. Because I believe.
Whether life is like a shit or not. You are the best creator who create
everything looks like most beautiful thing around us. Inside of us.
0 comments:
Post a Comment